Dalam waktu dekat Ingggris
ditaksir akan mengalami efek domino di bidang ekonomi skala besar akibat keluar
dari Uni Eropa, yang selama ini memungkinkan pergerakan bebas barang dan
manusia.
Dampak buruk ekonomi itu tidak
hanya dalam kaitan antara Inggris dan 27 negara anggota Uni Eropa, tetapi juga
antara Inggris dengan Negara-negara di luar Eropa.
Hal itu disampaikan oleh dosen
senior SOAS, Universitas London, Dr ben Murtagh, yang fasih berbahasa Indonesia
dari Departemen Asia Tenggara.
“Karena pasti ada banyak pusat
perusahaan, pusat bank, dan lain sebagainya yang berada di Inggris karena
Inggris berada dalam Uni Eropa. Kalau Inggris tidak lagi di dalam Uni Eropa,
mungkin kantor pusat perusahaan, bank dan lain sebagainya akan pindah ke Negara-negara
lain dan pasti itu masalah besar,” jelas Murthagh dalam wawancara dengan
wartawan BBC Indonesia, Rohmatin Bonasir, Senin (27/06)
Menteri urusan bisnis Inggris,
Sajid Javid, telah mengeluarkan seruan agar dunia usaha tidak panic menyusul
hasil referendum yang menunjukkan mayoritas rakyat Inggris memilih keluar dari
Uni Eropa atau sering disebut ‘Brexit’
“Fundamental ekonomi kita tetap
kuat. Fundamental-fundamental itu cukup kuat untuk menghadapi volatilitas pasar
jangka pendek,” tegasnya.
Proyek Eropa
Namun menurut Dr. Murtagh,
sebagaimana diungkapkan oleh sejumlah kalangan lain, persoalan ekonomi yang
menghadang Inggris jauh lebih besar dibandingkan dengan kehadiran imigran di Negara
ini. Dan masalah ekonomi ini punya efek domino.
“Saya kerja di Universitas dan
banyak sekali rekan saya di sini warga Negara Eropa dan mereka tak tahu apa
masa depan mereka. Takut sekali,” tambah Murtagh.
Ketakutan itu, lanjutnya, tidak
hanya didasarkan oleh kalangan akademisi dari Negara-negara Uni Eropa, tetapi
juga mereka dari luar Eropa, antara lain karena adanya ketidakpastian masa depan
proyek-proyek akademis yang sedang berlangsung.
Hal senada juga disampaikan oleh
peneliti pada Lembaga Perubahan Sosial Universitas Manchaster, Dr Gindo
Tampubulon.
“Jangka pendeknya memang jelek.
Kita sudah melihat bahwa ada kontrak-kontrak dari Eropa yang kemudian
diputuskan, lantas karyawannya direlokasi. Dan buat saya sendiri yang punya
beberapa proyek bersama Eropa, kita ketar-ketir apakah proyek ini pada tahun
kedua atau tahun ketiga akan tetap dijalankan seperti rencana”
Stabilitas baru, menurutnya bisa
terwujud dalam tempo dua tahun mendatang jika para pemimpin baik kubu keluar
maupun tetap di Uni Eropa memberikan jalan keluar jelas tentang apa yang bisa
dipertahankan dan apa yang bisa diubah.
Arah menuju kemungkinan
keterpurukan ekonomi itu dapat dilihat dari pergerakan pasar keuangan begitu
hasil referendum diumumkan pada Jumat (24/06)
Saham-saham berjatuhan dan mata
uang Inggris pound sterling turut anjlok.
Dalam perdagangan Senin (27/06)
mata uang sterling menyentuh titik terendah selama 31 tahun terakhir terhadap
dollar.
Sumber: BBC Indonesia